Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang sejak 2000 tahun lalu telah dimanfaatkan oleh bangsa Cina sebagai stok pangan. Sekarang ini, mikroalga tidak hanya dimanfaatkan sebagai stok pangan namun juga dalam berbagai bidang lainnya seperti pengelolaan air limbah, industri kosmetik, sumber energi dan sebagainya. Hal ini dibuktikan dengan jumlah produksi ganggang kering diseluruh dunia mencapai 7000 ton yang memiliki nilai ekonomis antara USD 3,8 miliar hingga USD 5,4 miliar atau setara dengan Rp 53,5 triliun hingga Rp 76 triliun.
Berita Terbaru
Enhanced Oil Recovery atau EOR merupakan metode mutakhir dalam pengambilan minyak bumi agar produksinya dapat optimal. salah satunya menggunakan bahan kimia berupa surfaktan. Selama ini surfaktan yang digunakan berasal dari minyak bumi itu sendiri. Sementara itu, tingkat konsumsi terhadap minyak bumi dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun tidak diikuti dengan produksi yang cukup. Berawal dari persoalan tersebut, tiga orang mahasiswa Fakultas MIPA UGM yang terdiri dari Fadri Fadila (Kimia 2014), Anggita Rahma Adriani (Kimia 2016) dan Rizqi Muhamad Resa (Kimia 2017) dibawah bimbingan Prof. Drs. Jumina, Ph.D menciptakan inovasi surfaktan berbasis bahan alam dari limbah gergaji kayu untuk aplikasi EOR yang disebut Asam Oktil Lignosulfonat.
Lima mahasiswa UGM tengah gencar mempromosikan dan memasarkan ayam Kambro (Kampung Broiler). Kelima mahasiswa tersebut adalah I Wayan Swarautama Mahardhika, Desiana Afifah, Faridatul Hidzroh, NugrohoNofriarno, dan Burhan Amirudien. Ayam Kambro ini dipasarkan dengan brand Yamku Rombe.
“Kambro sendiri merupakan nama galur yang diberikan pada ayam hibrida hasil persilangan ayam Pelung Blirik Hitam dan ayam Broiler strain Cobb 500 yang berhasil dibudidayakan oleh Gama Ayam Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,” kata Mahardhika.
Seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan permintaan akan daging unggas juga meningkat. Hal ini karena harganya yang masih dapat dijangkau sebagian masyarakat (Zulfanita et al., 2011). Dengan begitu, para peternak berkompetisi untuk meningkatkan performa karkas daging dengan pemberian imbuhan pakan, namun akhir-akhir ini Pemerintah telah melarang penggunaannya. Hal ini membuat para peternak cemas karena dapat menurunkan produktifitas ayam akibat mudah terserang penyakit.