Tahun ini UGM kembali mengirimkan tim terbaiknya, yang diwakili oleh Tim Gamantaray pada Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2018. Tahun lalu Tim Gamantaray sempat absen dalam keikutsertaan kompetisi bergengsi tersebut. Pada keikutsertaannya kali ini 3 tim dari Gamantaray harus berjuang keras meraih posisi terbaik pada kategori Autonomus, Fuel Engine, dan Electrics. Pasalnya, pada tahun 2016 lalu Tim Gamantaray berhasil meraih gelar juara umum.
Pada awal seleksi, Tim Gamantaray harus dibuat kecewa lantaran salah satu timnya sempat dinyatakan tidak lolos tanpa alasan yang jelas oleh panitia sesaat setelah namanya tertera dalam pengumuman tim yang lolos.
“Alhamdulillah, berkat kerjasama dari berbagai pihak akhirnya tim kita berhasil diloloskan kembali dan bisa ikut berangkat ke Madura bersama-sama,” tutur Dr. R. Suharyadi, M. Sc., Direktur Kemahasiswaan UGM.
Lebih lanjut, Suharyadi berpesan untuk tetap fokus dan juga menunjukkan kemampuan mahasiswa UGM di mata panitia dan universitas lain. “Mari kita buktikan bahwa Anda layak dan tidak berhak untuk dicoret dari kompetisi ini. Jaga kekompakan dan juga nama baik universitas. Saya berharap hanya satu berita yang sampai ke telinga saya, yaitu kemenangan,” imbuhnya.
Perasaan kecewa tersebut tentu wajar dirasakan oleh Tim Gamantaray mengingat pentingnya kompetisi ini bagi seluruh anggota tim yang akan berangkat. Paul Dewa Satria, Ketua Tim Gamantaray menuturkan bahwa seluruh tim telah mempersiapkan kompetisi ini sejak bulan Januari lalu dan sudah berjalan hingga 90%.
“Sebenarnya tahun ini kami sudah mengikuti dua event kompetisi nasional dan satu internasional, namun KKCTBN adalah target utama kami pada tahun karena termasuk dalam lomba utama dari Kemenristekdikti.
Sementara Isnan Nur Rifai, S.Si., M.Eng. selaku Pembina Gamantaray juga mengatakan bahwa Tim Gamantaray telah bekerja keras dalam satu tahun ke belakang untuk mempersiapkan kontes ini. Meski demikian, ia mengatakan bahwa Tim Gamantaray menghadapi kesulitan dalam persiapan kontes, salah satunya kesulitan dalam melakukan uji coba. “Permasalahan yang kami hadapi selama melakukan persiapan adalah tidak adanya tempat untuk melakukan uji coba prototype yang telah kami buat. Kami berharap kedepannya UGM bisa memfasilitasi mahasiswa dalam mengoptimalkan persiapan kompetisi melalui pemenuhan sarana,” ungkapnya.