Pleret – Kerja bakti merupakan salah satu bentuk gotong royong yang sudah mengakar dalam budaya bangsa Indonesia. Tidak hanya memainkan peran penting dalam mempererat hubungan sosial, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut juga memerlukan peran penting para mahasiswa sebagai agent of change pada era modern ini. Oleh sebab itu, tim PPK Ormawa LSiS FMIPA UGM menginisiasi program kerja bakti bersama dengan ibu-ibu KWT di Padukuhan Kedaton yang bertujuan sebagai implementasi pembangunan berkelanjutan di tingkat desa serta pemberdayaan Kelompok Wanita Tani.
Tim PPK Ormawa Himpunan Mahasiswa Pariwisata (Himapa) bersama dengan volunteer telah usai melaksanakan kegiatan pemetaan potensi atraksi wisata di Desa Wisata Sembrani Watusigar, Gunungkidul, Rabu (7/8). Kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan potensi lokal dan mengembangkan sektor pariwisata di destinasi wisata, khususnya sebuah desa yang memiliki potensi kuat akan kekayaan alam, budaya, dan sejarahnya.
Sebelum melakukan pemetaan, tim yang didampingi langsung oleh salah satu masyarakat, Rahmat Danaji, berkumpul di makam sebagai titik awal. Di sana, Pak Rahmat menjelaskan bagaimana makam ini menyimpan sejarah unik yang belum banyak diketahui oleh orang.
Rendahnya pemahaman dalam mengembangkan produk secara inovatif dan ketidakoptimalan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan penjualan menjadi tantangan utama yang dirasakan oleh pelaku UMKM. . Untuk menjawab tantangan ini, Tim PPK Ormawa Nawasatya mengambil langkah proaktif dengan mengadakan serangkaian kegiatan penyuluhan dan pelatihan.
Tim Nawasatya berhasil menggandeng Dinas Koperasi Sleman untuk melakukan transformasi UMKM di Desa Sendangrejo. Transformasi UMKM dilakukan guna menghasilkan inovasi baru untuk meningkatkan daya saing dan memperkenalkan manajemen keuangan bagi UMKM di Desa Sendangrejo.
Sebanyak 14 mahasiswa UGM yang tergabung dalam tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM kembali menunjukkan semangat pengabdian. Kali ini, melalui program BRICOFI yang diketuai Griselda Lituhayu Tetuko J, mereka menginisiasi pemanfaatan limbah tempurung kelapa menjadi briket di Desa Trenten.
Sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip zero waste, mahasiswa UGM menyalurkan tiga jenis mesin canggih ke Desa Trenten, yaitu mesin pencacah arang, mesin pencampur arang dan kanji, serta mesin pencetak briket. Ketiga mesin ini akan dioperasikan untuk mengolah limbah tempurung kelapa menjadi briket berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.