Sebanyak 14 mahasiswa UGM yang tergabung dalam tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM kembali menunjukkan semangat pengabdian. Kali ini, melalui program BRICOFI yang diketuai Griselda Lituhayu Tetuko J, mereka menginisiasi pemanfaatan limbah tempurung kelapa menjadi briket di Desa Trenten.
Sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip zero waste, mahasiswa UGM menyalurkan tiga jenis mesin canggih ke Desa Trenten, yaitu mesin pencacah arang, mesin pencampur arang dan kanji, serta mesin pencetak briket. Ketiga mesin ini akan dioperasikan untuk mengolah limbah tempurung kelapa menjadi briket berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
“Untuk mesin pencacah arang bisa menghasilkan kurang lebih 20 kg/jam, sedangkan untuk mesin pencetak bisa mencetak sekitar 15 kg/jam,” jelas Katon, anggota tim BRICOFI. “Kami berharap briket yang dihasilkan dapat menyelesaikan permasalahan limbah dan meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Trenten.” lanjut Katon di kampus UGM, Rabu 14 Agustus.
Proses pembuatan briket dimulai dengan karbonisasi arang, lalu arang yang telah dikarobonisasi akan dicacah hingga halus menjadi tepung arang. Tepung arang dicampur dengan tepung kanji sebagai bahan pengikat, dicetak menggunakan mesin lalu dujemur hingga kering dan dikemas agar layak dijual.
“Dengan adanya mesin-mesin ini, masyarakat Desa Trenten dapat memanfaatkan tempurung kelapa menjadi barang dengan nilai jual yang lebih tinggi yaitu briket,” tambah Griselda selaku ketua BRICOFI, Rabu 14 Agustus.
Penyaluran mesin pembuat briket ini merupakan rangkaian dari program BRICOFI yang diusung oleh tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM di Desa Trenten, Magelang. Mesin ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat di Desa Trenten untuk mengolah limbah tempurung kelapa yang kerap kali dianggurkan menjadi briket dengan nilai jual yang lebih tinggi. Dari briket tersebut kemudian diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Trenten dan mewujudkan konsep zero waste di Desa Trenten.
Penulis : Emanden Stefy Alyanisa