Peluncuran program pemberdayaan masyarakat resmi dilakukan pada tanggal 31 agustus 2024, PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM bersama sama berkontribusi terhadap pengolahan limbah kelapa menjadi produk briket, cocopeat dan cocofiber yang berkualitas. Acara ini melibatkan banyak perhatian serta partisipasi masyarakat Desa trenten terkait proses pengolahan produk.
Sambutan sederhana data dari pembukaan acara melalui Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng., selaku dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM. Dilanjutkan dengan penjelasan oleh Griselda Lituhayu Tetuko, ketua tim program BRICOFI, dan ditutup oleh Ibu Yuni, ketua KWT Nira Lestari.
Semangat belajar yang tinggi mendorong ibu-ibu untuk berpartisipasi aktif dalam memahami proses pembuatan briket, cocopeat, dan cocofiber, walaupun diawali dengan kesulitan memahami beberapa proses yang berlangsung, hal tersebut tidak menyurutkan semangat ibu ibu setempat. Antusiasme ini dapat terlihat dari wajah masyarakat yang kian penasaran dengan proses yang berlangsung. Kedatangan tamu istimewa dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang, juga turut mensukseskan acara pembukaan kegiatan BRICOFI.
Griselda Lituhayu Tetuko selaku ketua team BRICOFI menuturkan harapannya dalam pembukaan pelatihan alat, “Saya berharap ibu-ibu dapat memanfaatkan alat ini dengan sebaik-baiknya sehingga proses produksi briket, cocopeat, dan cocofiber dapat berjalan dengan maksimal.”
Pelatihan ini dimulai dengan produksi cocofiber dan cocopeat, yang relatif sederhana jika dibandingkan dengan pembuatan briket. Katon Krisnandaru selaku tim PIC Briket dan Nanda Rizky selaku team PIC cocopeat dan cocofiber, bersama-sama memimpin sesi materi singkat mengenai proses pengolahan limbah kelapa. Tim telah menyiapkan serabut kelapa yang telah direndam dan dijemur untuk memaksimalkan waktu pelatihan dalam pengelolaan alat. Masyarakat setempat pun turut serta dalam proses pengolahan cocopeat dan cocofiber, dengan memasukkan serabut kelapa ke dalam mesin dan melihat langsung hasil dari produksi pengolahan tersebut.
Selanjutnya, pelatihan berfokus pada produksi briket, dimulai dengan karbonisasi arang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses ini dapat berjalan dengan lebih maksimal bahkan dapat menarik perhatian ibu-ibu secara keseluruhan karena kemiripannya dengan proses pembuatannya adonan kue, terutama saat mencampur arang dengan kanji yang disertai air panas. Setelah pencampuran selesai, adonan dimasukkan ke dalam mesin hingga terbentuk gumpalan arang yang siap dicetak menjadi briket.
Setelah semua peserta melihat dan mencoba proses produksi secara langsung, kegiatan diakhiri dengan pretest sederhana untuk mengukur pemahaman masyarakat terhadap materi sosialisasi pada hari tersebut.
Harapannya, program BRICOFI dapat menjadi wadah berkelanjutan bagi Desa Trenten untuk mengolah limbah kelapa milik mereka sendiri sehingga menciptakan peluang ekonomi mandiri yang berkesinambungan bagi masyarakat sekitar dan produk yang dihasilkan.
Penulis : Chintia Amalia