
Komunitas Gadjah Mada Building and Bridge kembali menorehkan prestasi yang gemilang dalam bidang perlombaan teknik sipil di skala nasional. Kali ini, tim Digdaya dan Prancang Brotoseno sukses meraih gelar dalam kompetisi yang bertajuk Civil Engineering Festival 2025 dalam perlombaan National Bridge Design Competition yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jakarta. Kompetisi yang bertemakan “Bridge Design and Innovation Strategies for Future Resiliency” menantang para pesertanya untuk memberikan hasil desain jembatan yang sesuai ketentuan dengan menghadirkan berbagai inovasi dan melakukan presentasi di hadapan para dewan juri.
Digdaya yang beranggotakan Muhammad Afifuddin Noufal, Muhammad Auguzt Riansyah, dan Radaeva Errisya Syam dengan dosen pembimbing Dr. Ir. Angga Trisna Yudhistira, S.T., M.Eng., ACPE. berhasil mendapatkan juara pertama. Sementara, Prancang Brotoseno yang beranggotakan Emmanuelle Levy Haryanto, Rizki Haikal Pradana, dan Aryasuta Al Mustofa dengan dosen pembimbing Ir. Akhmad Aminullah, S.T., M.T., Ph.D. IPU. berhasil mendapatkan juara kedua. Kedua tim ini telah melewati seleksi yang ketat dari tahap pendesainan jembatan, penyusunan proposal, dan presentasi hasil desain yang berhasil mengalahkan 21 tim dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Digdaya menghadirkan Jembatan Aksa Samodra sebagai wujud dari jembatan yang memiliki inovasi strategis untuk resiliensi di masa depan. Jembatan Aksa Samodra dihadirkan dengan menggunakan profil non-prismatic pada struktur busurnya dengan sudut inklinasi ke dalam sebesar 12 derajat sebagai salah satu inovasi untuk mengurangi berat struktur yang menjawab tantangan pengurangan emisi karbon. Selain itu, jembatan ini juga menggunakan sistem Building Information Modelling dalam tahap perencanaan strukturnya dari dimensi 3D hingga 7D. Selain itu, Jembatan Aksa Samodra juga dilengkapi SHMS (Structural Health Monitoring System) yang dioptimalisasi dengan salah satu metode numerik yakni metode lagrange. SHMS ini direncanakan terintegrasi dengan BIM 7D yaitu pada sistem Digdaya Bridge Health untuk proses pemeliharaan di masa depan. Jembatan yang direncanakan di Bireun, Aceh ini juga mengadopsi beberapa ragam hias khas Aceh sebagai langkah melestarikan kearifan lokal. Jembatan Aksa Samodra tak hanya sebagai penghubung yang efisien dan optimal, namun menjembatani dulu, kini, dan nanti.
Tak kalah dari Digdaya, Prancang Brotoseno memiliki Jembatan Tamiang Agam yang optimum, smart, dan resiliens. Jembatan ini menggunakan pelat lantai dengan sistem orthothropic steel deck yang efektif mengurangi berat jembatan dibandingkan dengan pelat beton konvensional. Dalam perancangannya, mereka menggunakan finite element methode menggunakan ABAQUS-CAE dan IDEASTATICA sehingga struktur dapat dijamin efisien dan efektif. Tak hanya itu, Jembatan Tamiang Agam juga menggunakan sistem BIM dari dimensi 3D hingga 7D menggunakan Revit dan Naviswork. Jembatan ini juga dilengkapi sensor pintar untuk mendeteksi kesehatan struktur jembatan yaitu SHMS yang terintegrasi dengan sistem cloud sehingga data kerusakan dapat menjadi laporan untuk pemeliharaan di masa depan.
Inovasi yang kedua tim hadirkan ini merupakan hasil dari kerjasama yang solid, semangat juang tinggi, dan konsisten dari seluruh anggota tim. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat terus berinovasi dan mengharumkan nama Universitas Gadjah Mada di tingkat nasional maupun internasional. (GMBB)