Siapa yang tidak mengenal RA. Kartini? Ya, sesosok putri Indonesia yang hidup dengan segala perjuangannya untuk menyetarakan kedudukan antara kaum wanita dengan kaum pria. Sayangnya, ia gugur di usia yang masih muda karena mengalami perdarahan saat hamil. Terinspirasi dari kisah pilu tersebut, lima orang mahasiswi UGM dalam satu tim interprofesional education, yaitu Eria Riski Artanti (Ilmu Keperawatan), Aprilia Ayu Sholihati Nafisah (Gizi Kesehatan), Melinda Diah Asmoro (Ilmu Keperawatan), Nisrina Maulida Rozanti (Pendidikan Dokter), dan Yuni Rahmawati (Kebidanan) menggagas sebuah program yang mereka sebut dengan ‘KARTINI’ (Kader Mahir Gizi Terlatih Indonesia).
KARTINI merupakan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) yang mendapatkan dana hibah dari Dikti. “Program ini ditujukan untuk memberdayakan kader Posyandu sebagai ujung tombak penentu keberhasilan program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) demi menciptakan generasi sehat Indonesia,” tutur Eria, ketua pelaksana program. Program 1000 HPK merupakan program pemerintah yang bermaksud untuk menciptakan generasi yang sehat dengan mencukupi kebutuhan gizi pada masa 270 hari kehamilan dan 730 hari setelah bayi lahir (hingga usia dua tahun). “Periode tersebut merupakan masa kritis pertumbuhan serta perkembangan pada anak sehingga sering disebut sebagai periode emas,” jelas Eria.
Pada kegiatan pertama, tim KARTINI mengusung tema konsep 1000 HPK pada masa pre-natal (sebelum melahirkan). Sedangkan untuk tiga kegiatan lainnya, tema yang diusung tiap sesinya adalah konsep 1000 HPK pada masa post-natal (setelah lahir hingga anak usia dua tahun), pentingnya gizi di masa 1000 HPK, dan konsep posyandu ideal.
Eria menjelaskan bahawa keempat jenis rangkaian kegiatan dari KARTINI ini dilengkapi dengan kegiatan lain seperti praktik memasak makanan pendamping ASI, simulasi atau workshop, seperti teknik menyusui dan pengukuran antropometri, kemudian kader diajak untuk langsung mengedukasi masyarakat (door to door). Ditahap akhir, nantinya desa setempat diminta untuk menandatangani peresmian tanda “Desa Mahir Gizi” yang dapat menjadi role model bagi desa yang lainnya.
Saat ini, tim KARTINI telah sukses melaksanakan kegiatan pertama mereka berupa penyuluhan oleh Dr. dr. Emy Huriyati, M.Kes dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI). Peserta kegiatan ini adalah kader Posyandu di dusun Toragan, dusun Gandekan, dan dusun Kalongan desa Tlogoadi, Mlati, Sleman yang berjumlah sekitar 30 orang. Untuk selanjutnya tim ini akan berupaya bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk dapat menjadikan program ini sebagai suatu program yang dapat dilaksanakan di dusun lainnya. “Harapan kami, program ini dapat menjadi program yang berkelanjutan dengan masyarakat sebagai subjeknya,” pungkas Eria. (tohir)