Kegiatan Super Camp I, seleksi mahasiswa berprestasi UGM tingkat universitas, memang sudah selesai Minggu (8/2) lalu. Namun, hingar-bingar pemilihan mahasiswa berprestasi (mawapres) UGM belum usai. Sebelas mahasiswa yang terdiri dari 9 mahasiswa S1 dan 2 mahasiswa sekolah vokasi akan kembali bersaing di Super Camp II untuk menentukan seorang mahasiswa berprestasi dari S1 dan seorang dari sekolah vokasi. Kedua mahasiswa berprestasi itulah yang akan mewakili UGM pada pemilihan mawapres tingkat nasional.
Berkaca pada pemilihan mawapres sebelumnya, secara jujur harus diakui bahwa prestasi UGM belum sebaik di ajang perlombaan lain yang diselenggarakan oleh dikti. Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2004, prestasi terbaik UGM dalam ajang itu adalah juara 3. Prestasi tersebut ditorehkan oleh Dianty Widyowati Ningrum (Isipol 2011) tahun lalu. Wajar saja bila hal tersebut membuat UGM penasaran. Bagaimana tidak, dengan ratusan prestasi baik tingkat nasional maupun internasional setiap tahunnya, nyatanya belum mampu membuat UGM menjadi juara I di ajang tersebut.
“Kami yakin, mahasiswa UGM memiliki kemampuan untuk menjadi juara I di ajang pemilihan mahasiswa berprestasi nasional, dan saat ini kami sedang menuju ke arah itu,” ujar Dr. Drs. Senawi, M.P., Direktur Kemahasiswaan UGM saat membuka acara Super Camp I.
Senawi melanjutkan, mahasiswa berprestasi akan menjadi role model mahasiswa UGM. Mereka akan menjadi contoh bagaimana mahasiswa UGM harus berperan dalam rangka memajukan bangsa.
“UGM melihat ajang pemilihan mawapres nasional tidak semata-mata bagaimana menjadikan mahasiswa UGM sebagai juara satu, lebih dari itu, UGM berharap para mawapres dapat menjadi role model mahasiswa UGM dan memberikan sumbangsih yang nyata bagi bangsa,” tutur Senawi.
Tahun ini, UGM berupaya menata kembali konsep pemilihan mawapres. Paradigma yang dibangun pun diubah dari output oriented menjadi process oriented. Dalam hal ini, Kasubdit Kreativitas Mahasiswa, Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku penanggungjawab pemilihan mawapres UGM meyakini bahwa perubahan paradigma tersebut akan memberikan dampak positif bagi UGM.
“Kami akan mencoba memulai paradigma baru dengan menjadikan mahasiswa sebagai subjek. Kami yakin, mahasiswa UGM memiliki potensi yang luar biasa jika dikembangkan dengan cara yang tepat, dan tugas kami di subdit ini adalah memastikan proses itu berjalan dengan baik,” ujar Agus.
Agus menambahkan, untuk menjadikan mahasiswa UGM sebagai seorang mawapres nasional bukanlah pekerjaan yang sehari jadi, melainkan merupakan proses yang panjang dan berkesinambungan.
“Mahasiswa UGM ibarat benih unggul, jika kita merawatnya dengan tepat, benih tersebut akan menghasilkan buah yang unggul juga,” pungkas Agus. ™