Raut muka Arief Faqihuddin terlihat tegang di hadapan kamera. Mengenakan baju putih dan celana hitam, ia mulai mempresentasikan produknya “COASS” dengan menggunakan bahasa Inggris. Kamera pun mulai merekam. Tidak sampai lima menit, Arief menyudahi presentasinya dan diganjar tepuk tangan dari dosen pembimbing dan tim dari Direktorat Kemahasiswaan.
Hari itu adalah hari terakhir program pelatihan yang diikuti Arief dan kawannya, Silva Eliana, sebelum berangkat ke Hongkong untuk mengikuti Asia Social Innovation Award tanggal 16 – 19 Februari mendatang di West Kowloon, Hongkong. Mereka berangkat mewakili Indonesia setelah pada tahun sebelumnya berhasil menjadi juara di tingkat nasional.
Pelatihan dan pendampingan yang didapatkan Arief dan Silva tersebut menandai dimulainya program internasionalisasi di Direktorat Kemahasiswaan UGM. Program tersebut merupakan tindak lanjut dari Quick Win UGM tahun 2017 yang menempatkan prestasi mahasiswa di tingkat internasional sebagai prioritas utama.
“Program ini adalah komitmen kita bersama untuk mendorong anak-anak kita untuk berprestasi di tingkat internasional. Nantinya akan ada Arief dan Silva lainnya yang akan kami damping dan kami fasilitasi agar dapat berprestasi di level itu,” terang Kasubdit Kreativitas Mahasiswa, Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D.
Agus menjelaskan bahwa pola pembinaan yang dilakukan tetap melibatkan mahasiswa sebagai subjek. Mahasiswa yang akan berkompetisi di tingkat internasional harus melapor terlebih dahulu ke Direktorat Kemahasiswaan. Selanjutnya, mahasiswa dapat mengusulkan dosen pembimbing selama pelatihan. Jika tidak, tim dari Direktorat Kemahasiswaan akan mengusulkan dosen yang memiliki kapasitas di bidang perlombaan itu untuk membimbing.
“Ada SOP (Standard Operating Procedure) yang sudah kami susun. Dengan adanya SOP tersebut, mahasiswa tidak perlu kebingungan jika akan mengikuti lomba di tingkat internasional dan mereka berhak untuk mendapatkannya,” pungkas Agus.