Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., Rabu (1/3) siang, menerima kedatangan komunitas mobil listrik UGM, Arjuna, di ruang sidang rektor. Tim Arjuna yang diwakili oleh pembimbing mereka, Muslim Mahardika, S.T., M.Eng., Ph.D., menerangkan bahwa kedatangan mereka ini dalam rangka meminta saran dan masukan dari rektor UGM terkait rencana keikutsertaan mereka pada Formula Student SAE di Jepang.
“Ini merupakan satu-satunya dari Indonesia dan yang pertamakali khusus kategori mobil listrik yang dari Indonesia, jadi selama ini belum ada yang dari Indonesia khusus kategori mobil listrik yang lolos ke sana,” tuturnya.
Dwikorita menyambut baik rencana tim Arjuna tersebut. Menurutnya, sudah saatnya mahasiswa UGM untuk mengikuti lomba-lomba di kancah internasional. Namun demikian, ia berpesan kepada seluruh tim agar tidak menjadikan lomba sebagai tujuan akhir.
“Harus beyond lomba, lebih jauh daripada hanya sekadar ikut lomba, tapi lesson learn apa yang bisa diperoleh dari ikut lomba plus belajar di sana bagaimana mereka membina anak muda menjadi champion,” kata Dwikorita, “lalu setelah mereka menjadi champion itu anak-anak muda itu diapain, mesti kan nanti jalurnya bagaimana anak-anak itu bisa ke industri, trus bagaimana industri itu men-support capacity development untuk young generation di sana,” lanjutnya.
Saat ini, tim Arjuna sedang melakukan beberapa riset untuk menunjang performa mobil yang mereka ciptakan. Salahsatunya adalah riset tentang battery management system dan riset tentang sistem pendingin baterai. Melalui riset tersebut, tim Arjuna berharap dapat menjadi best rookie pada lomba yang dilaksanakan bulan September mendatang itu.
Terkait masalah pendanaan, Dwikorita berharap agar tim Arjuna dapat mencari sumber pendanaan kreatif. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan dana riset dosen pembimbing untuk pengembangan riset tim. Ia berharap riset-riset yang dilakukan oleh para dosen pembimbing dengan dibantu mahasiswa nantinya akan menghasilkan inovasi baru yang bisa diterapkan pada mobil ciptaan mereka. “Idealnya memang seperti itu, jadi ada pembimbing yang punya hibah riset tapi tidak hanya satu, lintas tema,” pungkas Dwikorita.