Riset tentang teknologi kedirgantaraan merupakan salah satu riset strategis bagi Indonesia. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan luasnya bentang wilayah Indonesia adalah alasan mengapa riset ini mendesak untuk dilaksanakan. Atas dasar hal tersebut, di UGM dibentuk sebuah komunitas yang khusus berfokus pada bidang kedirgantaraan yang dinamai Gamaforce (Gadjah Mada Flying Research Center).
Demikian yang disampaikan oleh Gesang Nugroho, S.T., M.T., Ph.D., mengawali presentasi tim Gamaforce saat audiensi kepada Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D., Selasa (1/3) sore. “Tujuan komunitas ini adalah untuk menciptakan teknologi baru di bidang kedirgantaraan, menciptakan inovasi baru, berprestasi di lomba robot terbang di tingkat nasional dan internasional, serta menumbuhkan rasa cinta sejak dini pada bidang kedirgantaraan,” ujarnya.
Ada tiga fokus pengembangan yang sedang dilakukan Gamaforce saat ini, yaitu pengembangan pesawat tanpa awak, balon udara, dan roket. “Pengembangan teknologi pesawat tanpa awak keuntungannya biaya operasional lebih murah, operasinya lebih sederhana, dan resikonya lebih rendah dibandingkan dengan pesawat yang riil,” terang Gesang.
Ia berkeyakinan saat ini teknologi kedirgantaraan khususnya dalam bidang pesawat tanpa awak yang dikembangkan di UGM merupakan yang terbaik di Indonesia. Ia pun percaya saat ini tim Gamaforce telah menguasai teknologinya dan hanya membutuhkan peralatan untuk sebagai penunjangnya. “Jika kita memiliki alat-alatnya, kita akan sejajar dengan teknologi Amerika, Australia, dan Israel,” tuturnya penuh keyakinan.
Iwan yang sedari awal menyimak presentasi dari tim Gamaforce mengaku bangga dengan apa yang telah dicapai oleh komunitas tersebut. Ia bahkan berjanji di sisa waktu kepemimpinannya sebagai wakil rektor untuk mendukung penuh riset yang sedang dilakukan oleh Gamaforce.
“Memang teman-teman ini prestasinya banyak, harus konsisten, nomor satu adalah dukungan apa yang bisa kami lakukan, ideal, tapi masih affordable yang bisa mengatasi kebutuhan jangka pendek tim ini?” tanya Iwan kepada tim Gamaforce.
Menurut Iwan, perlu adanya pemetaan antara kebutuhan yang sifatnya jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Hal itu menanggapi kebutuhan pengadaan peralatan penunjang komunitas Gamaforce yang sangat besar dari segi jumlah. Menurutnya, kebutuhan tersebut nantinya akan dimasukkan dalam proyek pengembangan teaching industry yang akan dimulai tahun 2018. “Saya kira jika kita masukkan dalam teaching industry probability-nya (untuk direalisasikan) sekitar 70 persen,” kata Iwan.