Upaya pendampingan dan pembinaan Program Hibah Bina Desa (PHBD) di UGM oleh Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa tahun ini membuahkan hasil. Sebanyak 2 dari 22 proposal yang diajukan dinyatakan mendapatkan dana hibah dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti), Senin (30/5).
Proposal yang dinyatakan didanai berjudul “Co-Craft” Program Pemberdayaan Warga Dusun Plampang 1 Sebagai Sarana Peningkatan Perekonomian Melalui Kreasi Pengolahan Limbah Coconut Coir Menjadi Coconut Craft Khas Kulon Progo, yang diusulkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik. Satu lagi adalah proposal yang diajukan PKM Center UGM berjudul “Bank Jamint”, Peningkatan Produktivitas Masyarakat Desa Jetak Melalui Pengolahan Jahe Merah dan Ngepos Mint-Aquaponic.
“Proses pendampingan telah kami mulai sejak kita mengadakan sosialisasi pada akhir Januari lalu. Kemudian kita adakan pendampingan rutin dengan mendatangkan narasumber yang telah berpengalaman di PHBD. Alhamdulillah, upaya yang kita lakukan membuahkan hasil,” kata Kasubdit Kreativitas Mahasiswa, Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D.
Verna Ardhi Hafsari, ketua tim PHBD dari BEM Fakultas Teknik menuturkan bahwa idenya berawal dari fakta bahwa dusun Plampang 1 memiliki potensi besar dalam pemanfaatan limbah sabut kelapa untuk dijadikan barang yang memiliki nilai jual tinggi.
“Dusun Plampang 1 memiliki 3 potensi utama yang belum dioptimalkan. Potensi pertama yang belum optimal adalah potensi wisata, potensi kedua adalah potensi kelapa yang sangat besar, dan potensi ketiga yang belum dioptimalkan yaitu ibu-ibu yang tergabung pada kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dusun Plampang 1 yang secara rutin melakukan pertemuan tapi belum ada kegiatan produktifnya,” terang Verna.
Ia bersama 11 orang mahasiswa lain kemudian menggagas ide Co-Craft, sebuah program pelatihan untuk memproses sabut kelapa menjadi serabut kelapa (coco fiber) dan serbuk sabut kelapa (coco peat) sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan khas Dusun wisata Plampang 1 berupa Coco Doll, Coco Potty, dan Coco Keychain.
“Diharapkan dengan adanya program Co-Craft ini dapat menyokong perekonomian masyarakat sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat Dusun Plampang 1 semakin baik kedepannya,” pungkasnya.
Sementara Muhammad Try Hartono, ketua tim PHBD dari PKM Center UGM, mengatakan bahwa ide pemberdayaan masyarakat yang digagas olehnya dan 14 temannya didasarkan pada kondisi masyarakat desa Jetak yang masih menggunakan cara tradisional dalam budidaya Jahe merah.
“Budidaya dengan cara tersebut menghasilkan tanaman jahe yang kurang berkualitas dengan rimpang yang kecil dan sedikit akibat karakteristik tanah hitam di daerah ini yang kurang subur,” jelas Try.
“Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk mengembangkan potensi tanaman jahe merah yang ada di Desa Jetak dengan sistem hidroponik. Selain itu dipilih tanaman mint karena merupakan tanaman herbal yang masa panennya relatif lebih cepat untuk menunggu masa panen jahe merah,” sambung mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian itu.
“Harapannya di masa mendatang, Desa Jetak dapat dijadikan sebagai desa percontohan kampung herbal yang menggunakan sistem hidroponik seperti sistem aquaponic dan sistem fertigasi dengan pengolahan tanaman herbal serta Bank Jamint sebagai salah satu bentuk Bank TOGA (tanaman obat keluarga),” pungkasnya. (krm/tm)