Keunggulan universitas saat ini tidak hanya dilihat dari banyaknya profesor atau guru besar yang dimiliki tetapi juga inovasi-inovasi yang dilahirkan di dalamnya. Seperti yang dilakukan oleh kelima ‘srikandi’ dari Fakultas Farmasi UGM yang digawangi oleh Aida Fathia, Lisyaratih Anggraini, Rahajeng Fitria Wahyuniputri, Swandika Ayumarta Larasati, dan Ziana Walidah. Mereka melakukan penelitian terhadap ekstrak Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) sebagai penghambat metabolism sel kanker payu dara.
Menilik besarnya insidensi penyakit kanker payudara, kemoterapi sering menjadi pilihan untuk mengobatinya. Namun kemoterapi memiliki banyak kekurangan, seperti kurang tuntasnya penyembuhan hingga terjadinya resistensi obat. Salah satu penyebab resistensi obat adalah tingginya metabolisme sel kanker yang ditandai dengan tingginya kadar enzim Glutathione S-Transfer (GST). Berdasarkan penelitian ahli, Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) yang mengandung senyawa Panduratin A yang termasuk ke dalam golongan senyama Kalkon tersebut mampu menghambat aktivitas enzim Glutathione S-Transfer (GST).
Masih dengan Temu Kunci, tim yang dibimbing oleh Muthi’ Ikawati, M.Sc., Apt. ini melakukan penelitian eksplorasi potensi Temu Kunci sebagai agen kemoprevensi pada penghambatan metabolism sel kanker secara in vitro dan in silico (secara komputasi).
“Kami meneliti kemampuan ekstrak Temu Kunci (ETK) dalam menghabat metabolisme sel kanker payudara 4T1 melalui aktivitas enzim GST dan level ROS dalam sel,” terang Aida selaku ketua tim.
Aida menjelaskan bahwa berdasar uji sitotoksik yang dilakukan, ETK ternyata berpotensi memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara 4T1. Kemudian penurunan aktivitas enzim GST terliha dari peningkatan konsentrasi ROS seiring dengan penambahan konsentasi ETK. Selanjutnya berdasarkan uji molecular docking, Panduratin A pada temu kunci mampu berikatan dengan enzim GST. Dengan demikian, rimpang temu kunci ini berpotensi sebagai agen kemoprevensi pada pengobatan kanker payudara tertarget metabolisme sel kanker melalui penurunan ekspresi enzim GST intraseluler.
“Kami berharap penelitian ini dapat digunakan sebagi dasar penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan produk suplemen yang dapat dikonsumsi bagi penderita kanker payudara,” pungkas Aida. (krm/gng)