Beni Lestari, mungkin nama ini cukup unik untuk seorang perempuan dengan sosok yang lembut. Namun Beni, begitu panggilan akrabnya, selalu yakin akan sebuah makna dan harapan besar dari nama pemberian eyang dan orang tuanya itu. Hidup dalam kesederhanaan, Beni tetap tumbuh dengan limpahan cinta dari kedua orang tuanya. Cinta itu tidak membuatnya lemah, justru Beni berani merantau ke Yogyakarta untuk memberikan yang terbaik bagi kedua orang tua, sumber motivasi utama hidupnya.
Terbukti, gadis kelahiran Boyolali 24 tahun silam ini setelah lulus dari Fakultas Farmasi UGM, Beni melanjutkan studinya di Graduate School of Biological Sciences Major Tumor Cell Biology, Nara Institute of Science and Technology, Jepang. Semasa kuliah, ia sangat aktif di berbagai kegiatan, mengikuti beberapa organisasi, dan juga selalu hadir pada berbagai seminar ke-farmasi-an. Tak hanya itu, beni juga menyempatkan diri untuk berkontribusi di fakultasnya sebagai asisten praktikum dari tahun 2012 hingga 2015.
Salah satu organisasi yang berpengaruh dalam fase hidupnya adalah Kelompok Studi Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). Pasalnya, riset yang ia kerjakan bersama timnya berhasil meraih juara 1 pada Martha tilaar innovation Center (MTIC) yang bekerja sama dengan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (2/8).
Risetnya yang berjudul “Biji Labu Kuning untuk Wanita Aktif Awet Muda: Agen Pencegah Sindroma Menopause, Osteoporosis, Dislipidemia dan Senescence” menjadi yang terbaik dari 98 peserta lainnya. Penelitian ini sudah dilakukan sejak keikutsertaanya dalam PIMNAS tahun 2014 dan masih berlansung hingga saat ini dengan kawalan ketat supervisor oleh Prof. Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt. serta drh. Retno Murwanti, M.P., PhD.
Di masa depan, Beni ingin mengambil peran sebagai seorang dosen sekaligus peneliti di bidang biologi molekuler khususnya obat kanker di sebuah institusi pendidikan tinggi. Ia juga ingin berkontribusi dengan mendirikan dan mengelola sebuah kelompok riset di fakultas.
“Saya ingin menularkan ilmu tidak hanya di kelas namun juga mengajari anak didik saya nanti tentang teknis penelitian secara komprehensif, cara menulis proposal penelitian dan publikasi ilmiah, serta mengajarkan etika sebagai seorang saintis. Pada akhirnya, saya berharap dan optimis di masa depan saya dapat memberikan sumbangsih bagi Indonesia dalam pengembangan IPTEK khususnya di bidang penelitian obat dan advanced therapy dan ikut berperan dalam mendidik generasi emas Indonesia menuju Indonesia maju dan bermartabat,” tutup Beni dengan seulas senyumnya.