Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang sejak 2000 tahun lalu telah dimanfaatkan oleh bangsa Cina sebagai stok pangan. Sekarang ini, mikroalga tidak hanya dimanfaatkan sebagai stok pangan namun juga dalam berbagai bidang lainnya seperti pengelolaan air limbah, industri kosmetik, sumber energi dan sebagainya. Hal ini dibuktikan dengan jumlah produksi ganggang kering diseluruh dunia mencapai 7000 ton yang memiliki nilai ekonomis antara USD 3,8 miliar hingga USD 5,4 miliar atau setara dengan Rp 53,5 triliun hingga Rp 76 triliun.
Melihat potensi dan nilai ekonomis yang dimiliki oleh mikroalga, maka tiga mahasiswa UGM, yaitu Iqbal Azis Romadhon (Fisika 2014), Ilyas Maulana Yahya (Fisika 2014), dan Sinta Ayu Sakinah (Fisika 2015) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, berusaha untuk menghadirkan suatu cara alternatif yang spesifik, sensitif, cepat, dan real time dalam mengukur pertumbuhan mikroalga dengan biosensor berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR).
“Metode pengukuran mikroalga ini dilakukan dengan menggunakan prinsip fisika, yaitu pengeksitasian plasmon yang mampu menganalisis struktur, fungsi, dan komposisi suatu sampel biomaterial dengan mengubah respon biologis ke dalam sinyal elektrik,” jelas Iqbal.
Selain itu, dalam biosensor ini digunakan bahan aktif nanopartikel Fe3O4 yang mampu mengimmobilisasi mikroalga yang diteliti selama proses pengukuran. “Kebaruan biosensor yang kami lakukan terletak pada penggunaan sumber cahaya pengeksitasi plasmon, yaitu memiliki banyak panjang gelombang (biru, merah, dan hijau) yang diharapkan mampu meningkatkan sensitivitas dari metode ini,” pungkas Iqbal.
Melalui metode ini, diharapkan pendeteksian dari mikroalga akan semakin mudah, cepat, dan akurat sehingga pemanfaatan dari mikroalga dapat terus dikembangkan secara maksimal baik diberbagai industri yang bergerak dalam pengolahan alga maupun dalam penelitian kedepannya.