Bertempat di The Cangkringan Jogja Villas and Spa, Pembekalan Komunitas Kompetisi usai dilaksanakan pada 12-13 April 2019. Acara yang baru diadakan pertama kali ini bertujuan untuk meningkatkan tata kelola dan produktivitas komunitas kompetisi di UGM.
Mengacu pada Peraturan Rektor UGM Nomor 1 Tahun 2017 tentang Tata Laksana Organisasi Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada, Kepala Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa, Suherman, S.Si., M.Sc., Ph.D, menerangkan bahwa keberadaan dan kegiatan komunitas harus mempunyai peran strategis sesuai dengan prioritas universitas/fakultas untuk mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan universitas.
“Sistem kepengurusan komunitas dimulai sejak Januari dan diharapkan adanya pergantian pada bulan Desember setiap tahun sehingga surat keputusan bisa dibuat tepat di bulan Januari. Setiap komunitas juga perlu melaporkan perkembangan dan prestasinya setiap tahun,” terang Suherman.
Dalam melaksanakan program kerjanya, komunitas berhak memperoleh layanan administrasi, izin kegiatan, dan bantuan dana kegiatan. Untuk mendapatkan bantuan pengadaan barang, transaksi dengan rekanan harus dilakukan langsung dengan Subdit Kreativitas atau Direktorat Kemahasiswaan. Sementara itu, untuk mendapatkan sponsorship, komunitas harus mematuhi kebijakan satu pintu dari universitas. Jika pengajuan sponsorship menggunakan surat pengantar dari Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, maka rekening operasional wajib menggunakan rekening Rektor di Direktorat Kemitraan Alumni dan Urusan Internasional.
Dalam acara tersebut, peserta juga diingatkan tentang implementasi nilai-nilai UGM dalam kehidupan. Dr. Heri Santoso, S.S., M.Hum. (Dosen Filsafat UGM) mengutarakan bahwa semangat UGM adalah kecendekiawan & kenegarawanan yang patriotis, nasionalis, ikhlas, merakyat, pancasilais, berbudaya Indonesia, serta mengabdi untuk bangsa dan umat manusia. Keberadaan nilai-nilai Gadjah Mada kadang kurang terasa kehadirannya, nilai tersebut akan terasa saat dihadapkan dengan situasi problematis.
“Dalam sejarahnya UGM seringkali kekurangan fasilitas, justru dengan kekurangan itu mampu melahirkan kreativitas, misalnya terbentuknya RSUP Dr.Sardjito yang dulunya merupakan kandang kuda milik keraton,” tutur Heri.