Kolaborasi 2 mahasiswa Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) dan 1 mahasiswa D3 Teknologi Instrumentasi yakni Bimantara Hanumpraja, Ilham Zulfikri Firdaus, dan Ayu Ariningsih menorehkan prestasi membanggakan. Tim itu sukses menjuarai lomba Open Innovation Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (FK UI) pada tanggal 27-28 April 2019 lalu di Gedung IMERI FKUI, Jakarta Timur.
Open Innovation IMERI FKUI adalah suatu ajang kompetisi interdisipliner yang bertujuan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh dunia kedokteran saat ini. Pada kompetisi yang berlangsung ketiga kalinya ini, terdapat 85 tim yang berasal dari berbagai kalangan akademis maupun praktisi kesehatan dari seluruh Indonesia. Setelah dilakukan tahap seleksi proposal, terpilih 30 tim yang maju ke babak final. Pada tahap final, terjadi kompetisi yang cukup ketat dimana karya yang disuguhkan masing-masing tim sangatlah beragam dan inovatif. Namun, akhirnya tim Hematobot yang merupakan satu-satunya tim perwakilan dari UGM berhasil keluar menjadi Juara 1 dalam kompetisi ini.
Tim Hematobot menampilkan karya inovasi yang berjudul “Hematobot” yaitu aplikasi real-time berbasis kecerdasan buatan yang dirancang khusus untuk membantu para hematologis dalam menganalisis sel kanker pada pasien leukimia. Tema ini merupakan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika dalam bidang instrumentasi dan fisika medis.
Selama ini, dalam menganalisis sel kanker para hematologis harus melakukan perhitungan sel darah putih secara manual. Seperti halnya di RSUP Sardjito Yogyakarta, dimana para hematologis membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk meneliti setiap preparat dengan menggunakan mikroskop. Padahal, para hematologis harus menganalisis sekitar 5 preparat per hari. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan berakibat timbulnya human-error sebesar 30-40%.
Aplikasi hematobot menggunakan salah satu metode deep learning, yaitu Convolutional Neural Network yang mampu mengolah informasi berupa data gambar yang diperoleh dari kamera yang terpasang pada lensa okuler mikroskop. Aplikasi ini mudah digunakan karena menggunakan platform android yang dapat diakses melalui smartphone.
Saat ini, aplikasi ini telah mampu mengklasifikasikan berbagai jenis leukosit pada penyakit leukimia tipe ALL-L1 . Rencananya Tim Hematobot akan terus meningkatkan kemampuan algoritmanya agar mampu melakukan klasifikasi penyakit leukimia lainnya, seperti AML, CLL, dan CML. Selain itu, fitur yang akan dikembangkan selanjutnya adalah automatic counter. Fitur ini diharapkan mampu menghitung secara otomatis jumlah setiap jenis sel darah putih.
Perkembangan akan selalu mereka lakukan, baik dari kemampuan pendeteksian jenis-jenis leukimia maupun platform yang digunakan seperti web dan iOS. Tim Hematobot juga berkomitmen untuk membangun sebuah start-up yang bergerak dalam bidang medis sehingga lebih memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Jika bisa dikembangkan menjadi suatu produk yang dapat digunakan orang banyak akan lebih baik. Kami akan mengembangkan ini menjadi sebuah start-up sebagai langkah memajukan ekonomi Indonesia dalam era digital sekaligus sebagai solusi terbaik dalam dunia medis khususnya hematologi,” ujar Bimantara selaku ketua Tim Hematobot.