Tim Mojitive yang beranggotakan tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada, yaitu Qooi Insanu Putra (Fakultas Geografi), Dwi Nurarifah (Fakultas Psikologi) dan Joko Purwo (Fakultas Teknologi Pertanian) berhasil menjuarai Fusion Innovation Contest 2019.
Fusion Innovation Contest diselenggarakan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 2019, untuk pertama kalinya, IEEE ITB Student Branch mengusung tema “Technology for Humanity” yang diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa jenjang sarjana di kawasan Asia. Kompetisi ini dilaksanakan dalam dua tahap yakni tahap pengumpulan paper yang berlangsung pada 15 Juli-21 September 2019 kemudian tahap final yang berlangsung pada 10-12 Oktober 2019 di ITB.
Tim Mojitive berhasil memenangkan kompetisi ini dengan mengusung ide sistem bernama Mojitive yang merupakan sistem monitoring kesehatan mental mahasiswa yang terintegrasi dengan pelayanan akses internet universitas. Ide ini dinilai oleh juri memiliki konsep yang aplikatif dan menarik.
Dibawah bimbingan Dosen Fakultas Psikologi UGM, Fuad Hamsyah, S.Psi., M.Sc., pengembangan sistem ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan literasi mahasiswa tentang kesehatan mental. Selain itu, sistem Mojitive membantu pengawasan perkembangan kesehatan mental mahasiswa secara periodik dan secara spasial.
“Ide Mojitive sebenarnya datang atas kepedulian kami bersama untuk mengatasi permasalahan kesehatan mental di kalangan mahasiswa sehingga kami berharap kedepannya ide inovasi ini tidak hanya berhenti sampai disini saja tetapi dapat benar-benar diimplementasikan dengan kerjasama berbagai pihak agar manfaatnya dapat segera dirasakan bagi orang sekitar kita khususnya bagi teman-teman mahasiswa” ujar Qooi selaku Ketua Tim Mojitive.
Sistem monitoring ini, tambah Qooi, berbasis web apps yang terintegrasi dengan sistem SSO hotspot universitas. Sebelum mendapatkan wifi gratis dari kampus, mahasiswa harus mengisi beberapa butir asesmen setiap bulan. Data hasil asesmen akan dipegang oleh layanan kesehatan mental universitas. Data tersebut juga diolah secara spasial menjadi peta sebaran distribusi mental mahasiswa. Mahasiswa yang teramati memiliki perkembangan kondisi mental yang buruk akan dimonitoring secara khusus oleh tenaga psikolog.
“Alhamdulilah, harapannya inovasi kami dapat diterapkan di UGM sehingga menjadi universitas pertama yang memiliki sistem monitoring kesehatan mental terpadu,” tutup Qooi. (krm/nfs)