Sosialisasi Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Google Meet pada Kamis (04/06). PHP2D bukanlah program baru, tetapi merupakan wajah baru dari Program Hibah Bina Desa (PHBD) yang dimulai sejak tahun 2011 oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa peduli mahasiswa dan berkontribusi kepada masyarakat desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera.
Acara ini menghadirkan dosen pembina PHP2D UGM yaitu Nasih Widya Yuwono, S.P., M.P. Seperti dijelaskan oleh Nasih yang menjabat sebagai dosen Fakultas Pertanian itu, tahun ini PHP2D mengusung tema “Terwujudnya Mahasiswa Berdaya Saing Melalui Kolaborasi dalam Pengembangan Masyarakat Desa di Era Industri 4.0”. Sesuai dengan semangat Kampus Merdeka, PHP2D juga direkomendasikan sebagai kegiatan kemahasiswaan di desa yang dapat dikonversi menjadi mata kuliah.
Program ini meliputi 11 bidang yaitu pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, ketahanan dan keamanan pangan, energi baru dan terbarukan, lingkungan dan keanekaragaman hayati, mitigasi bencana, budaya dan seni, industri kreatif, pariwisata, dan manufaktur. Ia menceritakan bahwa dulu UGM pernah bergerak di ruang lingkup pengentasan kemiskinan melalui produksi biomassa. Pengembangan bahan dimulai dari produksi hingga pemasaran.
Selain itu, terdapat ruang lingkup PHP2D yang mengalami perubahan yaitu teknologi informasi dan komunikasi yang berubah menjadi manufaktur. “Bidang ini diharapkan dapat melahirkan industri, mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual.”
Sementara itu, narasumber lain, Miftahush Shirotul Haq, S.Pt. menekankan agar para peserta membuat ide yang baru, menarik, dan berbeda. Para peserta juga perlu mencermati poin-poin pada lembar penilaian yang tercantum dalam panduan. Misalnya pada poin perumusan masalah, seringkali masalah dideskripsikan tanpa mengikutsertakan data. Kemudian perumusan masalah itu semestinya sejalan dengan poin potensi keberhasilan program.
“Pelaksanaan programnya juga bukan 1-2 tahun tetapi pelaksanaannya hanya 5-6 bulan. Dengan waktu itu, kira-kira program apa yang bisa dilaksanakan secara realistis dengan parameter tertentu,” tandasnya. (krm/nfs)