Minyak jelantah merupakan salah satu bahan yang banyak dihasilkan oleh rumah tangga. Adanya minyak jelantah tersebut dapat berdampak negatif bagi lingkungan karena dapat mengakibatkan pencemaran tanah maupun air. Pencemaran tanah terjadi karena menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras sehingga akan mengganggu ekosistem yang ada. Oleh sebab itu, tim Pusaka TOGA berinisiatif membuat program pelatihan pembuatan lilin aromaterapi yang bertujuan untuk memanfaatkan minyak jelantah hasil rumah tangga menjadi sebuah produk. Pada Selasa (30/7) Tim PPK Ormawa LSiS FMIPA UGM melaksanakan serangkaian program Pusaka TOGA yaitu pelatihan pembuatan lilin aroma terapi bersama dengan ibu-ibu KWT dari Padukuhan Kedaton. Lilin aromaterapi merupakan salah satu produk yang terbuat dari lilin dan minyak esensial yang memiliki wangi tertentu sebagai ciri khasnya. Pelatihan ini diawali dengan pemberian materi mengenai cara pembuatan lilin aromaterapi yang disampaikan oleh Rima dan Kimiko sebagai perwakilan dari tim Pusaka TOGA, lalu dilanjutkan dengan praktek pembuatan lilin aromaterapi secara langsung oleh ibu-ibu KWT dari Padukuhan Kedaton yang tentunya juga didampingi oleh tim Pusaka TOGA sendiri. Program pelatihan pembuatan lilin aromaterapi ini dilakukan dengan memanfaatkan minyak jelantah bekas dan tanaman TOGA sebagai pewangiannya.
Sumber : Dokumentasi hasil jamu fermentasi oleh Tim Pusaka TOGA
Pada kegiatan ini terlihat antusiasme ibu-ibu KWT yang sangat tinggi, hal tersebut ditunjukkan dengan keikutsertaan ibu-ibu KWT dalam pembuatan lilin aromaterapi dan memanen TOGA yang digunakan sebagai minyak esensial. Setiap ibu-ibu KWT diberikan kesempatan untuk membuat lilin sendiri dan mengeksplorasi kreativitas mereka dalam menciptakan lilin dengan berbagai aroma. Proses pembuatan lilin aromaterapi diawali dengan memotong daun sereh yang sudah disediakan. Pemotongan daun sereh tersebut juga dilakukan oleh ibu-ibu KWT. Daun sereh yang telah diiris kemudian dimasukkan kedalam minyak jelantah yang telah dimasak terlebih dulu, hal tersebut bertujuan agar bau dari minyak jelantah dapat diminimalisir dengan minyak atsiri yang dihasilkan dari daun sereh tersebut. Setelah aroma dari daun serehnya sudah mulai tercium, minyak daun sereh kemudian disaring dan ditambahkan serbuk asam stearat yang berfungsi untuk memadatkan minyak agar dapat menjadi lilin. Lilin cair yang telah dimasak tersebut kemudian ditempatkan di wadah hingga memadat.
Untuk mendukung keberlanjutan usaha, pelatihan ini juga menyertakan sesi mengenai strategi pemasaran dan promosi produk. Ibu-ibu KWT dibimbing tentang cara mengemas produk dengan menarik, menetapkan harga jual yang kompetitif, dan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan lilin aromaterapi yang mereka produksi. Pelatihan pembuatan lilin aromaterapi yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kedaton merupakan langkah positif dalam pemberdayaan ekonomi dan peningkatan keterampilan. Dengan bekal yang didapat dari pelatihan ini, diharapkan mereka dapat mengembangkan usaha lilin aromaterapi dan meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu KWT.
Penulis : Naurah Diaz Tanti dan Fitricia Nisa Indriani