Berawal dari fenomena banyaknya siswa yang malas belajar, empat mahasiswa Prodi Ilmu Komputer UGM, Prabowo Wahyu Sudarno, Tommy Wahyu Yudialim, Ahmad Fauzi Wibowo, dan Komang Ary Tebuana membuat aplikasi edukasi yang dinamai Tutorpedia. Di bawah bimbingan dosen Ilmu Komputer UGM, Guntur Budi Herwanto, S.Kom., M.Cs., aplikasi tersebut berhasil meraih juara dua di lomba IDEAFUSE 2017 kategori Innovative App Idea Exhibition, Sabtu (20/5) di STMIK-STIE Mikroskil, Medan.
“Aplikasi Tutorpedia adalah aplikasi edukasi berbasis android yang menawarkan kenyamanan belajar dengan fitur-fitur menariknya. Ada fitur materi lengkap yang interaktif, fitur event yang berisi try out tiap minggunya, konsultasi, dan fitur utama kita mencari tutor,” jelas Prabowo saat diwawancarai tim Direktorat Kemahasiswaan, Jumat (26/5).
“Pada dasarnya orang malas itu disebabkan dua faktor, karena dia orangnya lebih suka belajar sendiri atau malah tidak bisa sendiri,” kata Prabowo, “untuk yang suka belajar sendiri kita ada fitur materi dan konsultasi. Di situ user bebas mempelajari yang mereka mau. Lalu ada fitur konsultasi, user bebas menanyakan apapun ke user lain, disitu ada interaksi sosial. Nah, untuk orang yang susah belajar sendiri, di situ ada fitur cari tutor yang sudah berpengalaman, bisa dilihat via app juga CV-nya,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Tutorpedia juga menyediakan fitur gamifikasi. Fitur ini memungkinkan para user untuk saling membantu menjawab soal. Apabila jawaban dirasa membantu, user bisa mendapatkan ‘jempol’ dari user lain yang dapat ditukarkan dengan hadiah. Selain itu, Tutorpedia juga mengadakan event “Weekly Quest”, sebuah tantangan mingguan berupa soal-soal. User yang mampu mengerjakan tantangan tersebut juga berhak atas poin yang juga bisa ditukarkan dengan hadiah.
“Terakhir, setiap user jika sering membantu orang dan sering mengikuti event, selain mendapatkan poin juga mendapatkan ‘exp’ untuk meningkatkan pangkat user itu, misalnya pemula, lalu pejuang, lalu penggiat, lalu pro student,” kata Prabowo.
Tommy, anggota tim tersebut, menambahkan bahwa aplikasi tersebut dibuat sejak Desember 2016. Hingga saat ini aplikasi tersebut telah diikutkan dalam empat lomba, tiga diantaranya berhasil menembus babak final termasuk saat menjadi juara 2 di IDEAFUSE 2017.
“Final-final yang sebelumnya kita jadikan pelajaran bahwa sebenarnya aplikasi kita belum sempurna. Ke depan kita terus bangkit bukan malah menyerah, menerima banyak masukkan juri sehingga selalu dikembangkan mana sisi lemah aplikasi tersebut,” ujarnya. (krm/tm)