Minggu (5/11) dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi Program Hibah Bina Desa 2017 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Kegiatan monev ini bertempat di Gedung AR. Fakhrudin A, lantai 5, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Monev yang berakhir 7 November 2017 ini diikuti oleh 2 tim dari Universitas Gadjah Mada, 1 tim dari Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama Kebumen, 1 tim dari Politeknik Sawunggalih Aji dan 1 tim dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembukaan yang diawali oleh sambutan Kepala Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni UMY, Sugito, S.IP., M.Si.,. Beliau menyambut baik kedatangan tim reviewer dan tim peserta dengan baik dan hangat. “Selamat kepada mahasiswa yang mendapatkan hibah dari Kemenristekdikti untuk melaksanakan programnya. PHBD ini bermanfaat untuk mengembangkan kapasistas diri dan juga untuk membantu masyarakat. Hal ini juga akan menambah sense of crisis bagi mahasiswa. Oleh karena itu, kami harap program ini terus berkembang baik di universitas masing-masing,” tutur Sugito.
Dua timUGM adalah tim Bank Jamint yang berlokasi di Sragen dibimbing oleh Dr. Joko Nugroho W. K., S.T.P., M.Eng. dan tim kedua adalah tim Co-Craft yang belokasi di Kulon Progo di bawah bimbingan Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D yang turut mendampingi saat monev.
Setelah masing-masing tim mempresentasikan program dan kegiatannya di depan reviewer, yaitu Ibu Mientarti dan Bapak Yanefri Bachtiar, beberapa tim mendapat kesempatan visit oleh reviewer di hari Sabtunya.
Tim UGM yang mendapat kesempatan visit adalah tim Co-Craft yang berlokasi di Desa Plampang 1, Kulon Progo bersama dengan Bapak Yanefri Bachtiar.
Menurut Yanefri, PHBD di kulon progo ini sudah baik dalam hal untuk membangkitkan masyarakat. PHBD mampu mengajak ibu-ibu yang ada di sini untuk memanfaatkan potensi yang cukup besar di desa Plampang 1, yaitu limbah serabut kelapa. Respon masyarakat juga antusias karena ada hal baru yang di hadirkan oleh mahasiswa UGM
“Yang perlu ditindalanjuti adalah kemampuan skill masyarakat dalam pengolahan kerajinan dan kemampuan desain yang dapat diterima oleh pasar. Dikaitkan dengan kekhasan daerah, misalnya keraton, tugu, atau disesuaikan dengan event-event tertentu,” ujar Yanefri.
Yanefri juga menuturkan pengembangan yang cukup potensial, yaitu fungsi ganda, selain menjadi craft dan bisa menjadi mengusir serangga, serabut kelapa bisa dikembangkan menjadi bahan dasar kursi atau sofa. “Hal ini memungkinkan untuk digemari masyarakat, tidak hanya hiasan tetapi juga ada manfaat lainnya,” tambah Yanefri. Pendampingan oleh mahasiswa ini juga tidak berhenti di PHBD saja, tetapi juga harus membangun komunikasi lebih lanjut dengan masyarakat terutama pemuda untuk melanjutkan produksi ke depan.
PHBD KULON PROGO
PHBD SRAGEN