Kasus Koksidiosis menjadi perhatian besar bagi kalangan peternak lokal. Adanya pembatasan bahkan pemberhentian feed additif pada pakan membuat para peternak cemas akan hal tersebut karena dengan begitu, akan mematikan produktifitas ayam potong sehingga tak langsung akan berakibat pada kerugian ekonomi peternak.
Menanggapi hal tersebut, tiga mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan UGM berinovasi untuk memanfaatkan limbah cangkang bekicot untuk dijadikan produk antikoksidia. “Kandungan dari cangkang bekicot yakni kitin telah banyak digunakan para pakar kesehatan untuk menyembuhkan luka pada jaringan tubuh,” kata Annisa.
Kasus koksidiosis yang disebabkan oleh spesies Eimeria tenella ini dapat berakibat rusaknya dinding usus sehingga menyebabkan luka dan perdarahan meluas sehingga tak heran bila terjadi berak darah pada ayam setelah itu.
Annisa menjelaskan bahwa kitin yang terkandung dalam cangkang bekicot digunakan dalam sediaan kitosan. Selama terapi, kitosan dicampurkan ke dalam pakan sehingga harapannya produk antikoksidia berbahan kitosan ini dapat terdistribusi merata pada perlakuan ayam. Untuk melihat efek penyembuhan luka pada sekum ayam, dibuat preparat histopatologi dalam beberapa fase. Dosis 100 mg/kg pakan yang paling efektif terhadap penyembuhan luka usus ayam.
Ketiga mahasiswi ini berharap suatu saat produk ini dapat diterima masyarakat sekaligus membuka wawasan mereka untuk memanfaatkan limbah cangkang bekicot sebagai sebagai pakan herbal yang berpotensi menjadi antikoksidia.