Prestasi internasional kembali diraih mahasiswa UGM. Kali ini, Tim Mino UGM yang kembali berhasil menorehkan prestasi di tingkat dunia dengan meraih juara 1 dalam kompetisi dunia bertajuk Ideas for Action 2018. Sebelumnya, tim ini juga mencatatkan diri sebagai juara dunia lomba inovasi ketahanan pangan Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) 2016 di Kamboja.
Beranggotakan Muhammad Nabil Satria Faradis dan Fajar Sidik (alumni Teknik Mesin), Untari Febrian Ramadhani (alumni FEB), serta Monika Sekar Melati Istanto (Manajemen), Anindtyo Agung Baskoro (Teknik Mesin), dan Muhammad Nur Ardian(Teknik Mesin) sukses memenangkan kompetisi dengan mengusung teknologi Mino Microbubbles.
Keberhasilan para mahasiswa muda UGM ini tidak lepas dari dukungan dosen pembimbing, yaitu Wiratni, S. T., M. T., Ph. D., dan Dr. Deendarlianto, S. T., M. Eng. Selain itu, juga dukungan dari Departemen Teknik Mesin dan Industri, Departemen Manajemen, Departemen Perikanan, dan Pusat Studi Energi UGM dan juga universitas.
Inovasi yang mereka kembangkan terpilih menjadi yang terbaik mengalahkan 2.100 proposal proyek dari berbagai belahan dunia yang didaftarkan di ajang bergengsi ini. Kompetisi ini diikuti 13.000 inovator muda dalam 4.000 tim dari 162 negara.
“Sejujurnya kami merasa tidak menyangka berhasil lolos karena kami harus melawan 162 negara lainnya yang diantaranya adalah negara maju. Kompetisi berlangsung online dan peserta diminta merancang ide untuk membiayai dan mengimplementasikan tujuan pembangunan berkelanjutan,”kata Nabil saat dihubungi Minggu (8/7) lalu.
“Dengan teknologi ini terbukti mampu memperpendek masa panen ikan dan meningkatkan hasil ikan hingga 40% dan juga menghasilkan ikan yang lebih panjang dan lebih berat,”jelasnya.
Dalam melaksanakan penelitian ini, tentu Tim Mino juga mengalami kendala selama proses penelitian. Mereka harus menerima kenyataan ketika kolam yang sedang diteliti kebanjiran atau alat yang sedang dipasang dicuri oleh orang tak dikenal. “Dari kendala yang kami hadapi, kami coba gerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam mencari solusinya. Sehingga semua pihak merasa memiliki atas alat ini,” ungkap Nabil.
Inovasi yang dirintis sejak tahun 2016 silam ini telah diaplikasikan oleh kelompok petani ikan Mino Ngremboko di Bokesan, Sleman, Yogyakarta. Hingga kini Mino telah dikembangkan dalam tiga generasi.
Mino dinilai sebagai inovasi yang dapat membantu para petani ikan dalam meningkatkan hasil panen ikan. Tim ini dikukuhkan dalam peringkat teratas dalam “14 Innovations to Helps Solve the World’s Toughest Priblems” yang diumumkan Jumat (22/6) kemarin.
Kompetisi Ideas for Action merupakan program tahunan, gabungan dari World Bank Group dan The Zicklin Centre for Business Ethics Research di Wharton Schoo-University Pensylvania, Amerika Serikat. Merupakan platform pengetahuan yang menghubungkan para peneliti dan pemimpin muda dunia yang memiliki keseriusan terhadap perkembangan masa depan dunia untuk berpartisipasi merancang ide dan mengimplementasikan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Atas kemenangan itu tim MINO diberi kesempatan untuk mempresentasikan dan menyajikan ide-ide mereka selama Pertemuan Tahunan IMF & Bank Dunia. Disamping itu, juga berkesempatan menerima dukungan dan mengunjungi akselerator startup di Wharton School – University of Pennsylvania.
“Nantinya kami akan dibimbing langsung oleh mereka untuk menjalankan bisnis teknologi ini. Dari situ kami bisa dapat feedback untuk lebih mengembangkan potensi kami lagi” pungkas Nabil.